KONSISTENSI (ISTIQOMAH)
KATA PENGANTAR
Bismillahirarhmanirrahim
Puji serta syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan pertolongan dan
hidayah-Nya, sehingga penulis memiliki kekuatan lahir dan batin untuk dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ISTIQOMAH (Menumbuhkan Istiqomah
Dalam Diri”.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahcurahkan pada
Nabi Muhammad SAW., yang telah memberikan penjelasan kepada kita baik dengan
perkataan maupun perbuatannya bahwa menuntut ilmu itu bagi kaum muslimin dan
muslimat adalah suatu kewajiban, bahkan meski sampai ke negri Cina sehingga
memberikan sugesti kepada kita khususnya penulis untuk terus menggali ilmu dan
meningkatkan akhlakulkarimah.
Pada kesempatan ini
penulis juga menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada yang kami
hormati :
1. Orang tua dan suami
tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil beserta doanya
sehingga proses penulisan makalah ini berjalan lancar.
2. Bapak Budi
Setiyadi,S.Ag selaku dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat
berharga untuk penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang
telah memberi masukan dan motivasi sehingga makalah ini dapat penulis
selesaikan sebagaimana yang diharapkan.
Semoga
segala kebaikannya mendapatkan balasan di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi
siapa saja yang membacanya.
Wassalamu ‘alikum Wr. Wb.
Tasikmalaya, Juni
2010
Penulis
ISTIQOMAH
(Menumbuhkan
Istiqomah Dalam Diri)
A.
PENDAHULUAN
Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya,
Islam agamanya dan Muhammad rasulnya, harus senantiasa memahami arti ikrar ini
dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap
dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam
kondisi aman maupun terancam. Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat,
kita menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik
tentang Islam mampu meimplementasikan dalam seluruh sisi-sisi kehidupannya. Dan
orang yang mampu mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang
diharapkan Islam, yaitu komitmen dan istiqomah dalam memegang ajarannya dalam
sepanjang perjalanan hidupnya.
Maka istiqomah dalam memegang tali Islam merupakan
kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi hamba-hamba Allah yang menginginkan
husnul khatimah dan harapan-harapan surgaNya. Rasulullah saw bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم:
"قاربوا وسد د وا واعلموا أنه لن ينجو أحد منكم بعمله"، قالوا: ولا أنت
يا رسول الله؟ قال: "ولا أنا إلا أن يتغمد ني الله برحمة منه وفضل" رواه
مسلم
“Rasulullah
saw bersabda: “Berlaku moderatlah dan beristiqomah, ketahuilah sesungguhnya
tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya:
“Dan juga kamu Ya … Rasulullah, Beliau bersabda: “Dan juga aku (tidak selamat
juga) hanya saja Allah swt telah meliputiku dengan rahmat dan anugerahNya.” (HR
Muslim dari Abu Hurairah)
Istiqomah bukan hanya diperintahkan
kepada manusia biasa saja, akan tetapi istiqomah ini juga diperintahkan kepada
manusia-manusia besar sepanjang sejarah peradaban dunia, yaitu para Nabi dan
Rasul. Perhatikan ayat berikut ini;
“Maka tetaplah (istiqomahlah) kamu pada jalan yang
benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”(QS 11:112)
B.
PENGERTIAN
Istiqomah adalah anonim dari thughyan (penyimpangan atau
melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah
bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qooma” yang berarti berdiri.
Maka secara etimologi, istiqomah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Secara terminologi, istiqomah bisa diartikan dengan
beberapa pengertian berikut ini;
-Abu Bakar As-Shiddiq ra ketika ditanya tentang
istiqomah ia menjawab; bahwa istiqomah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh
menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun)
-Umar bin Khattab ra berkata: “Istiqomah adalah
komitment terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana
tipuan musang”
-Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqomah adalah
mengikhlaskan amal kepada Allah swt”
-Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqomah adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban”
-Al-Hasan berkata:
“Istiqomah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksitan”
-Mujahid berkata:
“Istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah
swt”
-Ibnu Taimiah berkata: “Mereka beristiqomah dalam
mencintai dan beribadah kepadaNya tanpa menengok kiri kanan”
Jadi muslim yang beristiqomah adalah muslim yang selalu
mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak
batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih
berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam
perjalanan dakwah. Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan dalam medan dakwah yang diembannya.
Meskipun tahapan dakwah dan tokoh sentralnya mengalami perubahan. Itulah
manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqomah dalam sepanjang jalan dan di
seluruh tahapan-tahapan dakwah.
C.
DALIL-DALIL DAN DASAR ISTIQOMAH
Dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
saw banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah istiqomah di
antaranya adalah;
“Maka tetaplah (istiqomahlah) kamu pada jalan yang
benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”(QS 11:112)
Ayat ini
mengisyaratkan kepada kita bahwa Rasullah dan orang-orang yang bertaubat
bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah diperintahkan. Istiqomah
dalam mabda (dasar atau awal pemberangkatan), minhaj dan hadaf (tujuan) yang
digariskan dan tidak boleh menyimpang dari perintah-perintah ilahiah.
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
“Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan memperoleh (pula) apa yang
kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS 41: 30-32)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
kami ialahAllah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.(QS
46:13-14)
Empat ayat diatas menggambarkan urgensi istiqomah
setelah beriman dan pahala besar yang dijanjikan Allah SWT seperti hilangnya
rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa
memperjuangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap kondisi atau situasi apapun.
Hal ini juga dikuatkan beberapa hadits nabi di bawah ini;
"قلت: يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا
لا أسأل عنه أحدا غيرك. قال: "قل : آمنت با لله ثم استقم" رواه مسلم
“Aku berkata:
“Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang aku tidak
akan bertanya kepada seorangpun selain engkau. Beliau bersabda: “Katakanlah :
“Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah (jangan menyimpang).” (HR
Muslim dari Abu ‘Amarah Sufyan bin Abdullah)
“Rasulullah saw bersabda: “Berlaku moderatlah dan
beristiqomah, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kalian yang
selamat dengan amalnya. Mereka bertanya: “Dan juga Anda Ya … Rasulullah, Beliau
bersabda: “Dan juga aku (tidak selamat juga) hanya saja Allah swt telah
meliputiku dengan rahmat dan anugerahNya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Selain ayat-ayat dan beberapa hadits di atas, ada
beberapa pernyataan ulama tentang urgensi istiqomah sebagaimana berikut;
Sebagian orang-orang arif berkata:
“Jadilah kamu orang yang memiliki istiqomah, tidak menjadi orang yang mencari
karomah. Karena sesungguhnya dirimu bergerak untuk mencari karomah sementara
Robbmu menuntutmu untuk beristiqomah.”
Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sebesar-besar karomah adalah memegang istiqomah.”
D.
FAKTOR YANG MELAHIRKAN ISTIQOMAH
Ibnu Qoyyim dalam “Madaarijus
Salikiin” menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mampu melahirkan istiqomah
dalam jiwa seseorang sebagaimana berikut;
-Beramal dan melakukan optimalisasi
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu
pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS
22:78)
-Berlaku moderat antara tindakan melampui batas dan
menyia-nyiakan
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS 25:67)
Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah bin Amr bin
Al-Ash: “Wahai Abdullah bin Amr,
sesungguhnya setiap orang yang beramal memeliki puncaknya dan setiap puncak
akan menglami kefuturan (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futurnya
(kembali) kepada Sunnah, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa
futurnya (kembali) kepda bid’ah, maka ia akan merugi”(HR Imam Ahmad dari
sahabat anshor)
-Tidak melampui batas yang telah digariskan ilmu
pengetahuannya
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban.” (QS 17:36)
-Tidak menyandarkan pada faktor kontemporal,
melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas
-Ikhlas
“Padahal mereka tidak disuruh
melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang
lurus.” (QS 98:5)
-Mengikuti Sunnah, Rasulullah saw bersabda: “Siapa
diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat
perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para
Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.”(Abu Daud dari
Al-Irbadl bin Sariah)
Imam Sufyan berkata: “Tidak diterima suatu perkataan kecuali
bila ia disertai amal, dan tidaklah lurus perkataan dan amal kecuali dengan
niat, dan tidaklah lurus perkataan, amal dan niat kecuali bila sesuai dengan
sunnah.”
E.
DAMPAK POSITIF DAN
BUAH ISTIQOMAH
Manusia muslim yang
beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam
dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif dan buahnya
yang lezat sepanjang hidupnya. Adapun dampak dan buah istiqomah sebagai berikut;
a-Keberanian (Syaja’ah)
Muslim yang selalu istiqomah
dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak akan
gentar menghadapi segala rintangan dakwah. Ia tidak akan pernah menjadi seorang
pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu
jugaberbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq yang
senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta
ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan dakwah. Perhatikan firman Allah
SWT dalam surat Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan
mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”
Dan kita bisa melihat kembali
keberanian para sahabat dan para kader dakwah dalam hal ini;
-Ketika Rasulullah saw
menawarkan pedang kepada para sahabat dalam perang Uhud, seketika Abu Dujanah
berkata: “Aku yang akan memenuhi haknya, kemudian membawa pedang itu dan
menebaskan ke kepala orang-orang musyrik.” (HR Muslim)
-Pada saat seorang sahabat
mendapat jawaban dari Rasulullah saw bahwasanya ia masuk surga kalau mati
terbunuh dalam medan pertempuran, maka ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya
lagi seraya melempar kurma yang ada di genggamannya kemudian ia meluncur ke
medan pertempuran dan akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan yaitu, syahadah
(mati syahid). (Muttafaqun Alaih)
-Rasulullah saw bersabda
kepada Ali bin Abu Thalib setelah ia menerima bendera Islam dalam peperangan
Khaibar sebagai berikut: “Jalanlah, jangan menoleh sehingga Allah SWT
memberikan kemenangan kepada kamu.” Lantas Ali berjalan, kemudian berhenti
sejenak dan tidak menoleh seraya bertanya dengan suara yang keras; “Ya
Rasulullah atas dasar apa aku memerangi manusia?” Beliau bersabda: “Perangi
mereka sampai bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah……” (HR Muslim)
Inilah gambaran keberanian
para sahabat yang lahir dari keistiqomahannya yang harus diteladani oleh
generasi-generasi penerus dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan
keindahan Islam.
b-Ithmi’nan (ketenangan)
Keimanan seorang muslim yang
telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan istiqomah
dalam medan perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan
ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang
panjang, melewati jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara
hutan perjuangan. Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh
hamba-hamba Allah yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik
setelahnya dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya.
Perhatikan firman Allah di bawah ini;
“Dan berapa banyaknya nabi
yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang
bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepadamusuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar.”(QS 3:146)
“Orang-orang yang beriman
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.”(QS 6:82)
“(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS 13:28)
c-Tafa’ul (optimis)
Keistiqomahan yang dimiliki
seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan
mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak pernah merasa lelah dan gelisah
yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Kefuturan yang
mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan
kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati dengan keyakinannya kepada
kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan
oleh beberapa ayat di bawah ini;
“Tiada suatu bencanapun
yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS 57:22-23)
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".(QS 12: 87)
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus
asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".(QS 15:56)
Maka dengan tiga buah istiqomah ini, seorang muslim akan
selalu mendapatkan kemenangan dan merasakan kebahagiaan, baik yang ada di dunia
maupun yang dijanjikan nanti di akherat kelak. Perhatikan ayat di bawah ini;
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu
takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan
dunia dan akhirat;di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) apa yang kamu minta.Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS 41:30-32)
F.
KESIMPULAN
Istiqomah menjadi
keharusan yang melekat dalam diri, karenanya ia akan menumbuhkan sikap
keberaniaan, ketenangan dan oftimis serta berdampak positif bagi pelakunya.
Cara yang tepat untuk menumbuhkan sifat ini adalah;
a.
Pertebal keimanan kita kepada Allah SWT.,
b.
Tambah wawasan kita tentang kesempurnaan Islam
c.
Perbaiki hubungan kita dengan sesama kaum muslimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar